Sumber inspirasi cerita ini berasal dari kisah "The Little Mermaid" karangan Andersen dan difilmkan oleh Disney.
Suatu palung yang amat, amat jauh dari permukaan laut. Belum ada pernah manusia yang berhasil masuk ke dalam sana. Gegap gempita memenuhi ruangan penuh air itu. Sesekali samar-samar cahaya mentari berhasil menembus melalui sela-sela buih-buih lautan, walau tidak cukup berarti. Tidak akan ada manusia yang dapat hidup dan bertahan di dalam sana. Tidak akan ada.
Isu-isu sering beredar di kawasan nan misterius itu. Beberapa sosok bayangan perempuan dan laki-laki berenang melintas beberapa jengkal di bawah permukaan lautan yang biru. Namun, yang sangat berbeda dan janggal dari biasanya, mereka yang berenang itu tidaklah mempunyai sepasang kaki. Mulai dari pinggang ke bawah, terpasang sesuatu yang menyerupai ekor ikan. Selain itu, tidak ada yang dapat diamati dari bayangan "makhluk laut" yang melesat lincah itu.
Saksi dari penampakan itu biasanya adalah para nelayan, atau perantau. Bahkan, beberapa pria yang gagah pemberani, mencoba menerobos wilayah lautan itu. Namun tidak ada satupun yang pernah kembali. Entah dia tenggelam. Entah diculik. Entah disantap oleh para makhluk misterius itu.
***
Shienna... Pernahkah kau keluar melewati batas samudera ini? Tanya Alejandro, saudara dari sang calon ratu laut, dalam keheningan.
Ah... Kau tahu, kalau aku dapat pergi, aku tidak akan pernah kembali lagi, Shienna menjawab. Sembari memandangi kepada Alejandro, dia meliuk-liuk mundur dan berputar. Lalu dia berlalu.
Percakapan dalam dunia laut berbeda dengan yang terjadi di darat. Suara yang dikeluarkan para putra dan putri laut berasal dari pikirannya, bagaikan telepati. Suara yang terdengar hanyalah diperuntukkan bagi mereka yang berasal dari laut.
Tahukah engkau, darimana kita berasal? Alejandro mengejar Shienna dan mengalunkan suaranya, merdu. Shienna, dengan mata hitam bulat ala kaumnya, menatap lembut menusuk ke dalam pandangan Alejandro. Alejandro melanjutkan, Virgon menceritakannya padaku...kemarin. Mau dengar?
Dengan tatapan mengiyakan, Shienna menjawab, Silakan.
Alejandro memulai ceritanya, Dahulu kala seorang "darat" yang bisu dan buta di suatu desa... sebut dia Bunda Monster. Dia dikucilkan oleh warga-warga kampungnya. Dia sangat kelaparan. Dari satu rumah ke rumah yang lain, dia meminta belas kasihan berupa semangkuk makanan, namun bahkan untuk sesendok nasipun tak dapat ia peroleh. Bahkan dia diusir, dihina, dan diludahi. Terpaksa dia mencuri makanan dari salah satu rumah warga, dan untungnya dia tidak ketahuan.
Beberapa saat berlalu, karena tidak terurus dan tidak memperoleh makanan selayaknya, sang Bunda Monster mendapatkan sebuah penyakit kulit. Bisul-bisul membengkak di sekujur tubuhnya. Bisul-bisul itu mengeluarkan nanah, dan siapapun akan jijik melihatnya. Sang Bunda Monster meminta tolong, sayangnya tidak ada yang mungkin mau atau bisa menolongnya.
Rakyat berunding perihal penyakit baru yang diderita sang Bunda Monster. Tidak memakan waktu lama, keputusan telah ditetapkan. Beramai-ramai, warga berkumpul dan menyeret sang Bunda Monster dengan tali. Bunda Monster menjerit namun tidak dipedulikan. Sehingga ia sampai di puncak tebing, rakyat ramai-ramai menyeru-nyeru agar sang Bunda Monster dilempar ke laut. "Lempar dia", "Terkutuklah kau, makhluk najis!", dan lain-lainnya yang menyayat-nyayat hati sang Bunda Monster.
Tanpa rasa belas kasihan, sang Bunda Monster dilemparkan ke dalam samudera mencekam. Saat terjatuh, sang Bunda Monster menyumpah dalam hatinya agar warga desa itu diberi balasan yang setimpal.
Beruntung, di dalam laut, sang Bunda Monster tidak mati. Dengan pertolongan roh-roh laut yang merasa iba, sang Bunda Monster dengan segera beradaptasi dengan laut. Garam lautan menggerogoti sisa-sisa penyakit yang ada di tubuhnya. Dan setelah semua bisulnya hilang, dia pergi jauh dari desa itu. Setelah itu, tidak ada yang tahu bagaimana kabar desa itu. Konon, desa itu terkena penyakit lainnya yang membuat tubuh perlahan-lahan meleleh, dari perut, menjalar ke segala arah.
Kini, tubuh Bunda Monster berubah total. Matanya menghitam seluruhnya dan kakinya perlahan menyatu. Paru-parunya kehillangan fungsi menghisap oksigen di daratan. Untuk kembali mendapatkan fungsi pernafasannya itu, sang Bunda Monster menculik banyak manusia untuk kawin dan lalu memakan manusia-manusia itu. Tanda permusuhan keturunan Bunda Monster dan manusiapun dimulai. Hingga kini.
***
(Duh maaf, karena udah ga mood nulis, jadi ceritanya dipersingkat aja ya. Tiba-tiba kehilangan mood)
Shienna keluar dari kamar kediamannya. Hari ini genap ulangtahunnya yang ke-20, umur resmi bagi sang putri ratu untuk menggantikan posisi ibunya sebagai ratu. Proses penggantian posisi dilaksanakan dengan khidmat. Pada usia ini Shienna sudah boleh melihat permukaan laut. Jadi dengan tidak sabar dia menuju ke atas laut.
Indah sekali, gumamnya.
Mentari pagi segera terbit dari ufuk timur, mendorong kelopak mata Shienna untuk menutup. Matanya telah terbiasa dengan kegelapan laut. Cukup sulit baginya untuk bisa beradaptasi dengan keadaan di atas laut yang terang benderang. Namun akhirnya karena tekadnya yang bulat untuk melihat darat, akhirnya dia membuat matanya terbiasa.
Mata hitamnya terlihat berkilau dan indah. Telinganya berbentuk seperti sayap kalelawar. Jari-jemarinya berselaput. Sirip di punggungnya mencuat nampak bak sayap transparan. Dia bergerak lincah di permukaan laut. Sesekali melompat memamerkan ekor biru gelapnya yang licin.
Tak tahan, perlahan dia semakin mendekat di permukaan. Walaupun telah dilarang ayahnya, apalah daya seorang putri berobsesi besar yang telah terkurung di dalam lautan selama 20 tahun itu.
Dia sampai ke tepian. Dilihatnya sebuah batu karang besar dan duduk di atasnya. Dengan pasir, dibentuknya sebuah benda, setelah dijilatnya dengan lidah, benda itu mengeras dan terlihatlah benda itu adalah sisir. Dengan pantulan cahaya dari air, dia memperhatikan bayangannya sendiri. Kemudian dia menyisir rambutnya dan membersihkan ekornya agar lebih kesat. Kini nampaklah seorang gadis telanjang berekor ikan yang sedang duduk di atas batu karang, dan berdandan di tepian pantai.
Shienna bersenandung. Alunan suara halus itu menggema di pantai sunyi senyap itu. Tak ada bosan-bosannya dia bernyanyi sendirian di sana sambil mengamati suasana alam sekitar.
Melintaslah seorang pangeran dan terbius oleh suara indah sang ratu laut. Entah dari mana asal suara itu. Melihat orang, Shienna segera kembali ke lautan dan pulang.
Beberapa waktu kemudian pangeran melakukan ekspedisi ke lautan. Kemudian terjadilah badai, dan Shienna berusaha menyelamatkannya. Shienna membawa sang pangeran ke tepian. Shienna segera jatuh cinta. Pangeran Deryudaspun membuka matanya. Dia melihat Shienna dan juga jatuh cinta. Mereka berciuman. Namun Shienna segera pergi pulang ke kediamannya.
Kemudian Deryudas memerintahkan utuk mencari makhluk laut yang indah itu. Tidak ada yang menemukannya.
Shienna kemudian bertelur karena ciuman tersebut. Telurnya itu berbentuk mutiara yang bertabur berlian dan disimpan di dalam batu. Memang manusia laut tidaklah memakai kemaluan dalam berproduksi. Mereka dapat dengan bebas bertelur, jantan dan betina jika mereka jatuh cinta. Jantannya dapat bertelur banyak kali, sedangkan betina bertelur sekali saja seumur hidup. Sebenarnya tidak ada pembeda kemaluan antar dua jenis kelamin tersebut, sebab manusia laut tidak memiliki kelamin yang aktif. Yang membedakan hanya ciri fisik yang lainnya. Tentang kelamin mereka, mereka hanya mempunyai selaput yang tidak pernah digunakan dan memang sengaja dijaga agar tetap utuh, karena itulah tanda kaum mereka. Jika selaput tersebut robek, mereka akan kehilangan pengakuan sebagai bagian dari makhluk laut.
Shienna berniat bertemu pangeran Deryudas sekali lagi saja. Dan di pertemuan itu mereka berhubungan intim dan selaput Shienna sobek dan diapun kehilangan statusnya sebagai makhluk laut, apalagi sebagai ratu laut.
Untuk dapat berbicara dengan pita suara dan berjalan dengan kaki, Shienna harus menculik seorang anak gadis manusia. Shienna pun mengambil salah seorang gadis dan akhirnya memiliki kaki dan suara. Dia naik ke daratan dan kemudian menikahi sang pangeran.
Para makhluk laut sangat marah mengetahui hal tersebut. Kini kehidupan mereka terancam tanpa sang ratu. Para makhluk laut berusaha membawa ratu kembali. Makhluk laut berusaha membunuh sang pangeran dan pengikutnya, dengan membuat ombak laut yang besar.
Shienna yang sedih dengan hal ini, kehilangan akal. Shienna dengan kekuasaan darah keturunan ratunya, kemudian menghabisi semua mahluk laut. Dia jadi gila dan ingin membunuh pangeran juga tapi dia tak tega. Akhirnya dia bunuh diri dan menjadi buih lautan. Telurnya akhirnya menetas dan lahirlah seorang bayi dari dalamnya. Bayi manusia laut. Dan sang pangeran memeliharanya.
TAMAT
Haha.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar