![]() |
Pasangan gay |
Sebenarnya isu ini sedang marak menjadi bahasan politik di negara-negara barat sana. Namun, di negara Indonesia ini, isu ini menjadi topik perbincangan yang sensitif. Isu tersebut adalah mengenai homoseksualitas. Masyarakat seolah menutup mata terhadap permasalahan homoseksualitas. Pengetahuan tentang homoseksualitas terlalu minim. Kadang ini juga menyebabkan kejijikan yang tidak wajar pada kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender), ada juga yang netral-netral saja.
Saya sendiri sebenarnya bukanlah seorang ahli sains, atau penggemar sains. Saya hanya mencoba menyampaikan apa yang saya ketahui. Bahwa dari sudut pandang sains dan psikologi, homoseksualitas bukanlah lagi sebuah penyakit. Namun, tentunya di negara yang masih lumayan kental dengan agama ini, banyak yang tetap keukeuh berkata bahwa homoseksualitas itu penyakit yang harus disembuhkan. Padahal menurut American Psychological Association (APA) yang umumnya menjadi tolak ukur dari perkembangan psikologi, homoseksual (gay dan lesbian) dan biseksual bukan lagi sebuah penyakit melainkan hanyalah variasi orientasi seksual manusia yang beragam. Hal ini resmi diumumkan APA pada tahun 1974.. Kerancuan yang terjadi pada penelitian-penelitian sebelumnya tentang homoseksualitas disebabkan karena sampel yang diteliti hanya gay yang diterapi saja. Kemudian setelah APA mencoba meneliti kaum gay dan lesbian yang tidak berkonsultasi ke psikolog, ternyata mereka baik-baik saja. Pria gay dan lesbian dapat hidup bahagia dengan orientasi seksual dan pasangannya masing-masing. Karena itu, akhirnya APA menghapuskan homoseksual dari daftar penyakit mental yang harus disembuhkan. Sayangnya, meskipun APA sudah berusaha membujuk para psikolog untuk menghilangkan cap "penyakit" pada kaum GLB, stigma itu masih tetap ada, dan mungkin masih akan ada dalam jangka waktu lumayan lama, khususnya untuk negara-negara yang religius.
Para pria gay dan lesbian yang bisa menerima homoseksualitas dalam dirinya dan berdamai dengannya, menurut dunia psikologi, adalah manusia yang sehat mentalnya (terlepas dari penyakit mental lainnya seperti depresi, antisosial, dsb). Sebaliknya, pria gay dan lesbian yang tidak bisa menerima dan berusaha sembuh dari seksualitasnya, termasuk kelompok gay yang denial terhadap seksualitasnya sendiri (gay-in-denial/EDSO). EDSO (Ego-Dystonic Sexual Orientation) adalah keadaan di mana seseorang merasa seksualitasnya tidak sesuai dengan citra diri yang diinginkan, sehingga menyebabkan orang tersebut ingin mengubah orientasi seksualnya. EDSO diklasifikasikan sebagai penyakit jiwa oleh WHO (World Health Association).
Homoseksualitas sendiri adalah hal-hal yang menyangkut tentang atraksi seseorang (atau makhluk hidup lainnya) yang mengarah kepada seseorang yang bergender sama dengan gendernya sendiri. Orientasi seksual terdiri dari berbagai macam. Yaitu:
- Heteroseksual, yaitu orang yang tertarik kepada lawan jenisnya. Heteroseksual nampaknya dari mata masyarakat adalah mayoritas.
- Homoseksual, yaitu orang yang tertarik kepada sesama jenisnya.
- Biseksual, orang yang tertarik kepada lawan jenis maupun sesama jenisnya. Menurut Kinsey, kaum biseksual adalah mayoritas dengan perbandingan terhadap semua orientasi seksual 8:10. Sementara orang yang heteroseksual secara eksklusif perbandingannya hanya mencapai 1:10, begitu pula dengan homoseksual.
- Panseksual, yaitu orang yang tertarik pada orang lain tanpa harus mengacu pada gender tertentu.
- Aseksual, adalah mereka yang tidak merasakan atraksi atau ketertarikan seksual terhadap laki-laki maupun perempuan.
Dari sudut pandang biologi, homoseksualitas juga bukan dianggap penyakit. Para ilmuwan sepakat bahwa homoseksualitas seseorang dibentuk oleh genetik dan lingkungan secara kompleks. Ilmuwan pernah mengadakan penelitian terhadap anak kembar. Penelitian tersebut dipimpin oleh Dr. Niklas Langstrom dari Institut Karolinska di Stockholm. Dengan ide tersebut, ilmuwan berinterpretasi bisa mengetahui apakah homoseksualitas disebabkan oleh genetik atau tidak. Hasil ini menunjukkan bahwa yang mengambil peran penting dalam homoseksualitas seseorang bukanlah genetik atau lingkungan, melainkan eugenetika (keadaan janin saat dalam kandungan).
Penelitian lain yang lebih tua lagi oleh Kinnunen et al pada tahun 2003 menemukan metabolisme otak ada pengaruhnya pada perilaku seksual pria. Kemungkinan metabolisme otak yang berbeda pada pria homoseksual disebabkan oleh pengaruh saat dalam kandungan. Sementara itu, berdasarkan penelitian McFadden dan Pasanen, wanita homoseksual tampak memiliki perbedaan fisik dengan heteroseksual. Wanita homoseksual memiliki telinga dalam yang lebih lemah daya pantul suaranya dari pada wanita heteroseksual. Kemudian penelitian yang diadakan oleh Savic dan Linstrom, menunjukkan bahwa otak kaum homoseksual berbeda dengan heteroseksual. Otak pria gay mirip dengan otak wanita straight, sedangkan otak lesbian mirip dengan otak perempuan straight. Hal ini menunjukkan bahwa otak pria dan wanita gay adalah transisi dari otak pria straight dan wanita straight.
Banyak masyarakat menduga bahwa homoseksualitas seseorang bisa disembuhkan. Faktanya, homoseksual adalah bagian dari identitas diri seseorang dan tidak bisa disembuhkan. Pandangan seseorang yang tidak suka dengan homoseksualitas disebut homonegativitas. Homonegativitas bisa membawa seorang homoseksual menjadi seorang homophobia, yaitu suatu keadaan di mana seseorang merasa benci atau jijik dengan kaum homoseksual secara berlebihan. Ini akan menyebabkan citra diri negatif dan berdampak pada sisi psikologis seseorang homoseksual. Bahkan, menurut penelitian Rossel et al, homonegativitas pada diri seorang homoseksual akan berdampak pada kesehatan fisiknya juga. Seorang gay yang homofobia, akan lebih rentan terkena penyakit. Jadi berhentilah memaksa para gay dan lesbian untuk "sembuh".
Jika Anda mau berkata binatang saja tidak ada yang homoseksual, Anda sebaiknya pikir-pikir dulu. Banyak binatang yang memperlihatkan tendensi homoseksual, seperti kucing dan ikan lumba-lumba pada mamalia, ayam dan pinguin pada burung, salmon pada ikan, kadal dan kura-kura pada reptil, salamender pada amfibi, dan lalat buah pada serangga (bahkan ilmuwan sudah bisa memanipulasi gen lalat buah untuk menjadi heteroseks atau homoseks ke depannya!). Dan itu hanya beberapa di antaranya. Biasanya setelah dipaparkan fakta-fakta binatang homoseksual, orang berkata, "Memangnya kamu binatang?" Homoseksual bukanlah binatang, karena homoseksualitas juga ditemukan pada spesies Homo Sapiens atau lebih umum disebut manusia, lagipula pada hewan bukan hanya ada homoseksualitas, tapi heteroseksualitas juga. Makhluk hidup pun tidak semuanya berpasang-pasangan, untuk kasus dekatnya, pada manusia terdapat jenis kelamin ganda. Pada makhluk hidup lain, terdapat jenis kelamin ganda juga yang bereproduksi sendiri dan makhluk tak berkelamin yang membelah diri.
Gay tidak berarti kemayu. Seorang gay bisa saja macho atau bahkan sangat macho. Para wanita yang tidak bisa membedakan pria gay dan bukan akan mudah terjebak oleh gay yang ingin menikah untuk menutupi keberadaan dirinya. Gay yang kemayu kelihatannya memang seperti lebih banyak, namun ini disebabkan karena mereka lebih menonjol. Gay yang maskulin biasanya sulit dideteksi oleh orang awam. Sedangkan, konon para gay sendiri mempunya semacam intuisi yang bisa digunakan untuk mengetahui mana yang homoseksual dan yang bukan, yang bisanya disebut gaydar.
Transgender (waria) juga belum tentu gay. Ini hanya masalah identitas gender. Gender adalah istilah yang sering digunakan untuk mengidentifikasi identitas seseorang dari kelakuan atau cara seseorang berinteraksi, atau apa yang seseorang rasakan mengenai dirinya, yang dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan. Pada seorang pria transgender, bisa saja dia tertarik kepada wanita, walaupun merasa dirinya adalah perempuan. Ada perbedaan antara orang yang memang merasa "salah badan" dengan orang yang menjadi transgender karena pendapat masyarakat. Pada transgender asli, mereka memang betul-betul merasa diri mereka adalah jenis gender yang berbeda dengan kelaminnya. Sedangkan pada transgender karena lingkungan, mereka menjadi transgender supaya bisa terlihat "normal" di mata masyarakat.
Transgender terbagi menjadi beberapa tipe:
- Transeksual, yakni transgender yang ingin selamanya hidup dan dikenali sebagai kelompok dari gender yang berbeda dari jenis kelamin biologisnya. Wanita yang ingin menjadi pria disebut female-to-male (FTM) transexual, sedangkan pria yang ingin jadi wanita disebut male-to-female (MTF) transexual. Biasanya para transeksual mengambil jalan keluar operasi kelamin.
- Cross-desser, yaitu orang yang suka memakai pakaian dan perhiasan lainnya yang diperuntukkan untuk lawan jenisnya. Beberapa cross-desser melakukan ini hanya untuk bersenang-senang semata.
- Drag queen atau drag king, adalah mereka yang berpenampilan seperti lawan jenisnya untuk suatu pertunjukan atau demi dunia hiburan. Seorang drag queen atau drag king bisa saja gay, lesbian, atau biseksual.
![]() |
Bendera LGBT. |
Inilah perbedaan. Si A adalah pria straight, sedangkan si B gay. Mengapa seseorang bisa mengumumkan "perbedaan itu indah" sedangkan dia mengumpat dan mencaci maki kaum LGBT? Mengapa kita tidak bisa saling menghargai saja perbedaan kita? Inilah keragaman manusia. Kita sama-sama manusia, meski orientasi seksual kita berbeda-beda. Sayangnya di negeri kita masih kental dengan homophobia. Orang-orang masih belum mengerti apa itu homoseksualitas. Bahkan psikolog di negeri kita kebanyakan masih menganggap homoseksualitas sebagai "penyimpangan seksual". Sedangkan para gay sendiri merasa dirinya berpenyakit dan berusaha sembuh. Ada yang berusaha menikahi perempuan. Mereka tidak akan bahagia dengan pernikahannya itu. Besar kemungkinan terjadi perselingkuhan, hubungan suami istri yang terlalu "adem ayem", atau bahkan kasus KDRT.
![]() |
Gay marriage? |
Sudah saatnya kita saling menghargai dan menerima diri sendiri maupun orang lain apa adanya. Lebih baik kita buka pikiran kita atas perbedaan yang ada. Tidak selamanya diri kita yang benar dan orang lain salah.... :)